Selasa, 13 Januari 2015

Kisah Taj Mahal Monumen Cinta & Dua Faham Yang Berbeda


 Berdasarkan beberapa artikel, akurasi sejarah dalam film Jodha Akbar memang patut dipertanyakan. Ada pendapat menyebutkan bahwa banyak peristiwa yang digambarkan dalam film ini tidak didasarkan pada peristiwa nyata. Kelompok Rajput misalnya mengklaim bahwa Jodhaa menikah bukan dengan Akbar, tapi dengan putra Akbar, Jahangir.

Bendera Kesultanan Moghul
Beberapa sejarawan mengklaim bahwa istri Akbar dari Rajput tidak pernah dikenal sebagai "Jodha Bai" selama periode Mughal. Menurut Profesor Shirin Moosvi, seorang sejarawan dari Aligarh Muslim University, baik Akbar nama (Panggilan Akbar sebagaimana disebut dalam biografinya), maupun teks sejarah dari periode merujuk padanya sebagai Jodha Bai.

Moosvi mencatat bahwa nama " Jodha Bai "pertama kali digunakan untuk merujuk kepada istri Akbar pada abad ke-18 dan ke-19 dalam tulisan-tulisan sejarah. Dalam Tuzk-e-Jahangiri, Jodha justru dikenal sebagai Mariam Zamani.


Jalaluddin Akbar
Menurut sejarawan Imtiaz Ahmad, direktur Khuda Baksh Oriental Public Library di Patna, nama "Jodha" digunakan untuk istri Akbar untuk pertama kalinya oleh Letnan Kolonel James Tod, dalam bukunya  Annals and Antiquities of Rajasthan. Menurut Ahmad, Tod bukan sejarawan profesional. NR Farooqi mengklaim bahwa Jodha Bai bukan nama permaisuri Akbar dari Rajput, tapi justru merupakan istri Jahangir anaknya.

Sultan Jalaluddin Akbar
Dalam sejarah, sosok Akbar dalam kisah Jodha Akbar dikenal sebagai Jalaluddin Mahmud Akbar. Beliau adalah salah seorang Sultan Moghul yang berkuasa di India antara tahun 1556 hingga 1605 Masehi.

Akbar lahir pada tanggal 15 Oktober 1542 di wilayah Sindu (sekarang Pakistan), pada saat itu ayahnya, Humayon sedang melarikan diri ketika kekuasaannya direbut oleh Syirsyah. Ibu Akbar bernama Hamidah Binti Ali Akbar. Humayon kemudian meninggalkan Akbar di Kandahar (Afghanistan sekarang) dan pergi ke Kabul. Ia tidak pernah bertemu putranya itu kecuali setelah 13 tahun kemudian, yaitu di saat ia berhasil merebut kembali kekuasaannya.


Wilayah kesultanan Moghul pada masa Akbar
Ketika ayahnya kembali berkuasan, Akbar dipercaya menjadi Gubernur di Punjab pada tahun 1555. Dan ketika ayahnya wafat tahun 1556, Akbar naik tahta dan memimpin Moghul di saat usianya masih 14 tahun, namun ia masih di bawah pengasuhan penasehat bernama Beiram Khan yang menjabat Perdana Menteri. Akbar menjabat Sultan hingga ia wafat pada 12 Oktober 1605 M. Setelah wafat, ia digantikan oleh putranya bernama Jahangir yang memiliki nama asli Nuruddin Salim.

Semasa kepemimpinannya, Akbar menghadapi berbagai persoalan negara yang cukup banyak, baik dari luar maupun dari dalam kesultanannya. Belum lagi kolonialisme Inggris yang saat itu mulai bercokol di anak benua India. Di masa Akbar, tepatnya pada tahun 1960, Inggris mendirikan The British East India Company yang berpusat di Kalkuta. 2 Tahun kemudian, Belanda pun mendirikan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), perusahaan dagang Belanda di Hindia Timur yang saat itu juga membuka cabang di Indonesia. Disusul kemudian oleh Perancis pada tahun 1604.

Akbar tercatat sebagai Sultan yang agung hingga ia digelari sebagai Akbar al-A'zham. Wibawanya yang besar membuat Ratu Elizabeth I  mempercayakan mengirim duta sekelas Sir Thomas R ke India.


Mata uang perak dirham di masa Akbar
Selain itu, Akbar dikenal sebagai sultan yang mencitai seni dan budaya. Bangunan-bangunan besar di masanya masih menjadi bukti dan tegak kokoh hingga hari ini, seperti Benteng Merah di Akra yang membentang sejauh 10 kilometer.

Meski seorang yang buta huruf, namun Akbar menyimpan manuskrip buku tak kurang dari 24.000 buku. Ia kerap mengundang ulama dan cendikiawan ke perpustakaannya tersebut.

Selain dikenal sebagai raja agung, sosok Akbar juga dikenal kontroversial. Meski ia seorang yang buta huruf, namun Akbar terkenal sebagai pemikir liberal dan menghargai perbedaan pendapat, serta senang berbincang soal filsafat dan sufitik.

Pemikiran ini juga tercermin dari kebijakannya. Akbar menghapus pajak jizyah atas non muslim di masanya. Dan sebagaimana diceritakan dalam film kontroversial di atas, Akbar pun menikahi wanita Hindu, Jodha.


Jodha atau Miryamus Zaman
Sebagian sejarawan justru menggambarkan biografi akbar yang lebih radikal. Akbar disebut-sebut menganut sinkretisme yang menganggap semua agama itu sama. Ia menghapus kebijakan jizyah, zakat, melarang naik haji, melarang pelajaran Bahasa Arab, dan menutup banyak madrasah Islam. Bahkan, Akbar disebut-sebut telah mendirikan agama baru yang dinamai sebagai Agama Akbari atau Agama Ilahi yang mengajarkan sinkretisme. Namun hal ini tentu saja harus dibuktikan dengan penelitian lebih lanjut agar tidak menjadi tuduhan tanpa dasar.

Jodha
Demikianlah sosok Akbar yang kontroversial itu. Lalu siapakah Jodha? Dengan mengenyampingkan kontroversi sejarah di atas, kalau pun benar, Jodha merupakan salah bagian romantis dari kehidupan Akbar.

Akbar memiliki  4 orang istri, yaitu Ruqayyah, Salimah, Miryam (yang kemudian disebut sebagai Jodha Bai Akbar) dan Sakinah. Di antara 4 istri tersebut, konon Jodha lah yang paling ia cintai. Kecantikan dan kemerduan suara Jodha membuat Akbar takluk. Karena menghormati agamanya, Akbar mendirikan sebuah kuil pribadi untuk Jodha di istana.


Sejarah menuliskan kisah cinta nan eksotik dari seorang Raja India pada jaman keemasan 
 Muslim setelah Muslim menundukkan kerajaan Hindu di India,kisah cinta antara Raja Akbar dan Jodha, merupakan kisah nyata.
      Jalaluddin Mohammad Akbar adalah Raja India saat itu yang mendirikan istana Taj Mahal sebagai hadiah bukti cintanya kepada sang istri.
 Awalnya ,memang lebih banyak perang serta cerita politik tersaji yang merupakan latar belakang cerita Akbar Joda ini,terjadi pernikahan antar dua  agama yang dilatar belakangi politik,dengan menikahnya Akbar & Joda Umat Hindu dan Muslim di India sementara Hindu dan Muslim bisa bersatu dan terjaga dengan baik, terjadi harmonisasi.
      Jalaluddin Mohammad Akbar adalah seseorang yang berlatar belakang muslim yang taat dan Jodha lahir serta besar di Keluarga Hindu yang taat juga. India dari dulu mempunyai dua agama terbesar yaitu Hindu dan Islam, kedua agama ini saling berseteru hingga terjadi perpindahan besar-besaran warga india beragama Islam keluar hingga lahirlah pakistan.
Setiap agama mempunyai keindahannya sendiri-sendiri,namun toleransi tidak berjalan dengan baik.
     Memang antara Akbar dan Jodha saat pertama kali bertemu di Sungai Gangga, perasaan mereka sudah saling penasaran akibat ketampanan dan kecantikan masing masing, namun akibat dari hubungan yang didasarkan perjodohan politik ternyata membawa perasaan kesal hingga Jodha tidak mau menjalankan kewajibannya sebagai istri sampai hatinya benar-benar bisa terima akan kehadiran Jalaludin, dan jalaludin pun berucap dalam Islam tidak pernah terjadi pemaksaan kehendak.
      Jodoh adalah ditangan Tuhan, betapa takjubnya Jalaludin saat mendengar lagu puji-pujian serta cara bersembahyang Jodha, begitu juga saat Jodha melihat cara bersembahyang Jalaludin.
Dan Alhasil hubungan yang bermula alasan politik berubah menjadi perasaaan sayang yang sesungguhnya, Akbar benar-benar jatuh cinta pada Jodha, begitupun Jodha.
      Saking cintanya Raja Akbar kepada Jodha, raja Akbar mengerahkan 2500 orang undaginya untuk membangun Taj Mahal sebagai hadiah yang mencerminkan cintanya yang luar biasa, namun kecintaan yang luarbiasa tersebut telah membawa keangkuhan bagi Raja Akbar, setelah Taj mahal selesai di bangun 2500 orang undagi tersebut sebagaian besar ahlinya dibunuh, sedangkan undagi kelas rendahan dipotong tangannya agar tidak bisa membuat Tajmahal-Taj Mahal yang lain lagi,selain itu Raja Akbar juga membangun istana tersendiri untuk 200 orang selirnya cukup berdekatan dengan Taj mahal.
      Melihat kearogansian yang berlebihan dari raja Akbar sang Putra mahkota/anak dari raja Akbar memberontak,menumbangkan kekuasaan Ayahnya,memenjarakannya di bawah tanah,(tidak dikisahkan lagi Akbar–Joda)
     Putra mahkota mengangkat dirinya menjadi raja,dan memerintahkan seluruh India untuk dikuasai dan dijadikan kerajaan syaraiat Islam.

Beberapa dekade Putra Mahkota juga tumbang oleh perlawanan kaum Hindu dan memegang kembali tampuk kekuasaan di India,hingga kini.